Padang 30 September 2010,
Tepat setahun setelah musibah gempa yang meluluhlantakkan kota ini. Entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, cuaca yang kurasa sekarang sangat mirip dengan cuaca setahun yang lalu. Tidak terik tapi juga tidak mendung.
Sepertinya ungkapan ala bisa karena biasa tidak sepenuhnya benar . Hingga detik ini, Tragedi G30S Sumbar itu masih menyisakan trauma pada diriku. Setiap kali bumi tempat kuberpijak ini bergetar, kakiku juga ikut gemetar, ada ketakutan yang luar biasa dalam hatiku. Ketakutan bahwa musibah itu akan terulang lagi.Astagfirullah, La haula wala quwwata illa billahil `aliyil adzim", Aku mohon Ampunan-Mu, tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Aku tak ingin lagi bercerita tentang musibah kala itu, karena sebelumnya aku sudah pernah bercerita di sini. Sekarang hanya ingin kembali merenungi, mencoba mengais hikmah di balik musibah ini. Ada yang berkata musibah, ujian ataupun cobaan yang menimpa suatu kaum bisa berarti azab atas dosa juga maksiat yang pernah dilakukan, namun bisa pula merupakan teguran karena dianggap ia sudah mulai menyimpang. Seperti yang disebutkan dalam hadist “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah)” (HR. Bukhari). Musibah dapat juga sebagai sarana penghapus dosa yang telah lalu, “Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa” (HR. Bukhari), serta bisa juga sabagai “tangga” untuk naik ke “jenjang” yang lebih tinggi dan mulia di mata Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist “Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani). Wallahu’alam bissawab.
Dalam hadist lain disebutkan bahwa “Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)”. (HR. Ath-Thabrani) dan “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajallah bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barang siapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya murka Allah”. (HR. Tirmidzi)
Ya Allah, semoga musibah yang kau timpakan setahun lalu adalah sebagai tanda kecintaanMu pada kami. Engkau kembali membuka mataku tuk melihat KemahaanMU, KebesaranMu serta betapa lemah dan tak berdayanya diriku dihadapanMu. Semua teramat mudah bagiMu ya Rabb. Semua ada dalam genggamanMu. Hidup, rezki dan matiku telah Kau tulis rapi dalam buku takdirku di Lauhul Mahfuz. Lapangkanlah hatiku ya Allah, berilah keikhlasan pada hatiku tuk menerima semua ketetapanMu atas diriku.
Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Ya Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Tolonglah hamba dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempatku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempatku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan.
Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa….
Amin ya Rabb….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar